Sunday, May 31, 2009

Dato Seri Sahidan Kasim, Datuk Seri Salleh Tun Said: Nasibnya berbeza


Walaupun keduanya masih tersenyum, tetapi masa depan mereka dalam arus kepimpian negara jauh berbeda. Tan Seri Sahidan Kasim mempunyai nasib yang malap dalam kempimpinan negara setelah tidak diperkenankan DYMM Raja Perlis menjadi Menteri Besar Perlis, walaupun mendapat surat perlantikan daripada Datuk Abdullah Badawi untuk dipersembahkan kepada DYMM Raja Perlis.

Tan Seri Sahidan dalam usahanya mendapat semula kedudukan lamanya di Negeri Perlis terus memegang jawatan Pengerusi UMNO Negeri, sehinggalah beliau diluncutkan jawatan oleh Persiden UMNO yang baru Dato Seri Najib dan diganti oleh Datuk Ahmad Sabu yang juga menteri Besar Perlis.

Di Semenanjung, biasanya apabila seseorang pemimpin negeri hilang kuasa, maka terlalu sukar untuk kembali semula, kalau pun kembali mungkin akan dipertimbangkan diperingkat pusat. Namun demikian Tan Seri Sahidan Kasim berdepan dengan arus perubahan dalam UMNO, ekoran kekalahan teruk parti itu dalam PRU-12.

Parti UMNO berdepan dengan masalah kepimpinan yang kritikal, hingga kini setelah setahun beralu selepas PRU-12, UMNO masih terkial-kial mencari rentak dalam usaha mencari formula menemukan semula sokongan rakyat kepada UMNO dan Barisan Nasional, walaupun kepimpinan negara telah berganti.

Dalam sejarah UMNO/BN, hanya sekali tidak meletakan calon semasa pilihanraya kecil 37 tahun yang lalu di Perak, dan kali kedua adalah di DUN Penanti dimana para pengundi DUN tersebut akan membuang undi hari ini.

UMNO dan BN merasakan bahawa wibawa mereka telah tercalar dan kekuatan tidak lagi seperti dahulu; kekalahan di 4 Pilihanraya kecil selepas PRU-12 telah menjadi bukti bahawa UMNO dan BN telah lemah.

Berbagai tindakan telah dilakukan oleh kepimpinan baru UMNO/BN Dato Seri Najib Tun Razak, antaranya mengistiharkan arahtuju kempimpinannya melalui 1 Malaysia, Rakyat didahulukan dan Pencapaian diutamakan.

Kelemahan penterjemahan awal mengenai konsep ini, telah mengundang berbagai tafsiran, sehinggakan ada kaum-kaum atau kelompok tertentu membuat tuntutan yang tidak terfikirkan sebelumnya- contoh membumiputerakan kaum-kaum bukan penduduk asal yang dilahirkan setelah hari merdeka, kononnya sebagai wadah dan landasan mencapai 1 Malaysia.

Percakaran sesama melayu dan bumiputera, telah mengakibatkan tampuk pemerintahan melayu goyah dan lemah. Kedudukan melayu dan bumiputera dalam meneruskan tampuk pemerintahan tidak lagi dapat disandarkan kepada golongan ini, akan tetapi sangat tergantung kepada sokongan kaum lain.

Jika pada awal kemerdekan, dimana sokongan padu telah diberikan oleh kaum melayu dan bumiputera kepada tampuk pemerintahan yang diterajui kaum melayu dan bumiputera, masa kini keadaan ini tidak lagi berlaku. Para pemimpin melayu dan bumiputera terkial-kial merayu kaum mereka sendiri untuk mendapat sokongan.

Mutakhir ini melayu dan bumiputera telah berpencah dua, di mana kekuatannya hampir seimbang, yakni sebahagian mewakili UMNO dan sebahagian mewakili PAS. Peranan Dato Seri Anwar Ibrahim memperkuat PAS dan melemahkan UMNO telah berjaya. Golongan kaum cina dan india telah terbaca senerio ini, mereka benar-benar faham, kelompok mana mereka sokong itu lah menjadi pemenang.

Senerio seumpama ini mereka telah tunggu-tunggu untuk terjadi, rupanya setelah 50 tahun pemerintahan melayu dan bumiputera barulah cita-cita mereka ini wujud dan kemungkinan besar mereka menuai buahnya pada PRU-13.

Sejarah telah membuktikan bahawa tiada parti di dunia ini mampu bertahan setelah menjangkau usia 50 tahun, contohnya parti Golkar di Indonesia, Parti Kongres di India, Parti LDP di Jepun semuanya tumbang.

Rupanya teori TRAHMAN, benar-benar belaku di negara kita, di mana DS Najib Razak merupakan perdana menteri terakhir era kepimpinan UMNO/BN di tanah air kita ini.

Jika teori ini benar-benar berlaku, maka nasib Tan Seri Sahidan Kasim contohnya akan kempunan kembali berkuasa dalam arena kepimpinan negara, manakala Datuk Seri Salleh Said Keruk pula, kemungkin berkesempatan menjadi wakil rakyat pembangkang di peringkat persekutuan tetapi memerintah dalam negeri: itupun jika Datuk Musa Aman memberi peluang kepadanya bertanding di DUN Usukan atau Parlimen Kota Belud untuk menggantikan penyokong kuat Datuk Musa Aman, yakni Datuk Rahman Dahalan dan Datuk Japlin Akim.

Datuk Salleh Tun Said yang merupakan pemimpin suku kedua terbesar negeri Sabah setelah Datuk Seri Pairin Kitingan, terpaksa bergantung harap kepada Datuk Musa Aman untuk menjadi pemimpin dalam arena politik, kerana statusnya hanya merupakan timbalan pengerusi pehubungan negeri atas lantikan, kerana beliau tidak terpilih sebarang jawatan tertinggi parti UMNO kerana tidak bertanding, walaupun berjaya merebut semula jawatan ketua UMNO Bahagian Kota Belud daripada Datuk Musbah Haji Jamli dengan kelebihan undi tidak mencapai 50.

Saturday, May 30, 2009

Blangkon

Apa yang kita ingat tentang 20 Mei 1908? Potret Mas Wahidin Sudirohusodo. Sang ”dokter Jawa” ini mengenakan blangkon di atas raut mukanya yang tenang; ia lulusan STOVIA pada awal abad ke-20 yang bertahun-tahun jadi ikon kebangkitan nasionalisme Indonesia.

Tapi ingatan orang ramai tak pernah lengkap. Dalam catatan sejarah Indonesia pada masa itu disebutkan bahwa blangkon, surjan, dan kain—dan semua ”pakaian daerah” lain—dikenakan para siswa sekolah kedokteran itu praktis bukan sebagai pernyataan kebanggaan. Blangkon itu penanda ”inlander”; baju dan songkok itu atribut ”pribumi”. Peraturan sekolah menentukan, kecuali yang beragama Kristen, anak-anak muda itu dilarang mengenakan jas dan pantalon.

Mereka boleh mendapatkan pendidikan Barat, tapi tak boleh tampak seperti orang Barat. Mereka tak disebut ”dokter” penuh. Mereka hanya ”dokter Hindia” atau ”Jawa”. Gaji mereka di dinas pemerintah dan perkebunan jauh lebih rendah ketimbang para dokter Belanda. Jika bepergian, mereka tak boleh naik kereta api kelas I—sementara orang Eropa yang berpendidikan lebih rendah boleh duduk di sana.

Kolonialisme telah menggabungkan apartheid dengan dalih ”orientalisme” yang kedengarannya murah hati: penguasa Hindia-Belanda, kata mereka, hendak melindungi ke-”asli”-an para pemuda ”pribumi”.

Tapi para pemuda STOVIA itu merasakan, dari ulu hati sampai ujung kaki, betapa palsunya sikap murah hati itu. Mereka pun berontak. Sebab memang tak ada diskriminasi tanpa represi, dan tak ada represi yang tanpa diskriminasi.

Syahdan, tiap malam, di kamar-kamar asrama mereka, mereka bertemu. Di sana dengan sepenuh hati mereka nyanyikan lagu Revolusi Prancis, dan kata-kata sihir Revolusi itu agaknya telah terpahat: libèrté, égalité, fraternité ou la mort.

Mereka memang mengaduh. Mereka memang terkungkung dalam ketiadaan ”kemerdekaan, kesederajatan, persaudaraan”. Dan dari protes mereka, mereka ada: mereka jadi subyek. Mereka lemah, tapi tekad mereka sebenarnya tak mengherankan. Bung Karno berkata dua dasawarsa kemudian: ”…cacing pun tentu bergerak berkeluget-keluget kalau merasakan sakit!”
Nasionalisme 20 Mei 1908 adalah bagian dari subyek yang ”berkeluget-keluget”—subyek sebagai trauma karena rasa sakit, subyek yang bergerak untuk menjawab ketiadaan libèrté, égalité, dan fraternité. Dengan kata lain, subyek yang lahir karena mencoba lepas dari megap-megap oleh putusnya hubungan dengan ”yang-lain”, dengan liyan, manusia yang berbeda tapi disebut ”sesama”.

Maka nasionalisme 20 Mei itu bukanlah sebuah solipsisme; ia bukan kesibukan yang hanya mengakui diri sendiri.

Tentu, nasionalisme itu sikap yang berpihak. Ia partisan. Tapi di sebuah dunia di mana ada sesama yang diperlakukan sebagai makhluk yang tak sederajat dan bahkan disisihkan, keberpihakan itu tak terelakkan: para nasionalis itu berpihak kepada sebuah masa depan ketika tak ada seorang pun yang dihinakan.

Itu sebabnya mereka mengulangi seruan Revolusi Prancis tentang ”kemerdekaan, kesederajatan, dan persaudaraan” yang mencakup semua orang. Itu sebabnya Revolusi Indonesia melahirkan sebuah mukadimah Konstitusi yang menyebut ”hak semua bangsa” untuk merdeka. Mereka menyuarakan tuntutan universal. Seperti kaum buruh dalam tesis Marx: proletariat adalah sebuah kelas yang, dari situasinya yang terbatas dan tertentu, mengusahakan pembebasan tanpa batas, bagi siapa saja dan di mana saja. Dalam arti ini, Marxisme adalah sebuah humanisme universal—tapi universalitas yang lahir dari konteks yang spesifik.

Semangat universal ini membuat politik, sebagai perjuangan, jadi panggilan yang menggugah. Sebab bukan ”aku berontak, maka aku ada”, melainkan, seperti tulis Albert Camus dalam l’Homme Révolté, ”aku berontak, maka kita ada”.

Dalam bahasa Indonesia, ”kita” lebih inklusif ketimbang ”kami”. Bila pengertian ”kita” lebih menggugah ketimbang ”aku” atau ”kami”, itu karena subyek, sebagai trauma, merindukan liyan sebagai saudara yang sederajat dalam kemerdekaan. Dengan kata lain, merindukan agar ”kita” ada.

Dari sini solidaritas lahir dan politik—selamanya sebuah gerak bersama—bangkit.
Sejarah menunjukkan bahwa solidaritas itu bisa beragam dan berubah-ubah, sebab ”kita” adalah pertautan ”aku/kami” dengan ”engkau” dalam multiplisitas yang tak terhingga. ”Aku/kami” dan ”engkau” masing-masing hanya seakan-akan tunggal pada waktu ke waktu, tapi sebenarnya tak pernah utuh dan selesai dimaknai. ”Kita” tak bisa sepenuhnya terwakili dalam organisasi dan identitas apa pun.

Itu sebabnya dari STOVIA, pemberontakan tak berhenti. ”Budi Utomo” dibentuk sebagai ”aku/kami”, tapi sejarah pergerakan nasional berlanjut setelah itu. Sebab ”aku/kami” bukan hanya dokter-dokter yang diremehkan. Kemudian muncul juga ”marhaen”, ”proletariat”, ”pedagang kecil”, dan entah apa lagi. Nasionalisme sebagai perjuangan pembebasan tak hanya terbatas pada satu kelompok. Bahkan ”nasionalisme” yang merupakan perlawanan terhadap imperialisme (dan di sini ia berbeda dari ”nasionalisme” Hitler) hanya bisa setia sebagai perlawanan jika ia jadi bagian dari emansipasi dunia—seperti semangat yang tersirat dalam lagu Internationale.

Sebab politik pembebasan adalah sebuah proses: ia lahir dari ”aku/kami” yang bukan apa-apa menjadi ”aku/kami” yang harus merupakan segalanya. ”Ich bin nichts, und ich müßte alles sein,” kata Marx. Dengan kata lain, subyek sebagai trauma yang berontak itu harus mencakup semua, siapa saja. Bukan hanya para pribumi alias inlander. Bukan hanya mereka yang harus pakai blangkon dengan wajah yang kalem.

Kemerdekaan perlu dikitar semula

Apabila ada pilihanraya ada saja projek diumumkan oleh kerajaan. Ada saja pengagihan cek-cek kepada NGO atau sekolah-sekolah bukan bantuan kerajaan.

Demikian juga jika ada perjumpaan bersama pemimpin ada saja pengumuman projek-projek atau bantuan-bantuan kepada rakyat.

Tetapi agak berlain kali ini, apabila pilihanraya kecil di DUN Penanti, kebiasaan pengumunan projek-projek segera atau mendesak serta bantuan-bantuan ke sekolah-sekolah atau persatuan-persatuan maupun orang-orang daif dan OKU tidak lagi mengisi dada akhbar-akhbar.

Kali ini apabila BN tidak bertanding di DUN Penanti, parlimen Pematang Pauh, wang negara yang berasal daripada cukai, apakah cukai koperat atau cukai individu, atau cukai barangan import, cukai jalan serta bentuk penerimaan kerajaan daripada rakyat tidak lagi mengalir kepada rakyat DUN Penanti secara automatik.

Kali ini pihak pembangkang mampu mempengaruhi kerajaan, kerana kerajaan tidak lagi mahu memulangkan wang yang berasal dari rakyat kepada rakyat, kerana menurut pembangkang, cara itu merupakan rasuah politik.

Rakyat tidak perlu bantuan wang daripada kerajaan apakah berbentuk projek mendesak atau keperluan rakyat secara umum,kerana pengaliran wang kepada rakyat hanya membanjir wang dan semestinya tidak boleh dilakukan.

Jika pembangkang mengambil alih kerajaan, cara-cara selama ini yang dilakukan oleh pihak Barisan Nasional akan dimansuhkan, akan ditiadakan, kerana cara-cara demikian tidak telus dan tidak adil dan berunsur rasuah.

Apabila pihak pembangkang mengambil alih kerajaan nanti, tiada lagi pengecualian sebutharga, yang ada hanya sebutharga terbuka. Hanya kontraktor yang bertauliah sahaja yang dibenarkan masuk tender demi penjagaan mutu dan kualiti.

Kontraktor tempatan yang dianggap baru belajar dan tidak mempunyai kewangan apa lagi kepakaran tidak akan dibenarkan masuk tender projek-projek kerajaan, untuk mengelak kelambatan penyiapan projek dan juga mengelak projek-projek terbengkalai.

Pada waktu itu apa sahaja bentuk projek kerajaan, penender-penender didasarkan kepada merit dan keupayaan.

Biasiswa akan diberikan berasas kepada merit, bumiputera yang tidak lagi menjadi keutamaan, jika bumiputera menginginkan tajaan biasiswa,mereka diharuskan mencapai tahap tertentu dan perlu bersaing secara terbuka.

Orang melayu dan bumiputera yang masih lemah akan dibiarkan hingga mampu berdikari dan mencapai ketahap piawaian yang memungkinkan mereka bersaing dengan kaum cina dan india yang sememangnya telah dahulu maju. Masa bukan menjadi ukuran, kerana lambat laun penduduk asal ini akan juga maju pada akhirnya. Ambil contoh, penduduk kulit hitam amerika, telah beratus tahun, penduduk ini berjuang demi kesamaan antar kulit di negara paman Sam tersebut, akhirnya melalui Barak Hussien Obama, penduduk kulit hitam Amerika mendapat pengiktirafan.

Kaum melayu dan bumiputera tidak boleh dimanjakan di negara sendiri, kaum melayu dan bumiputera mesti ditindas lebih dahulu, dan apabila merasa betul-betul terperah, baharulah kaum ini akan bangkit untuk memerdekan diri sendiri dan seterusnya kaumnya.

Ambil contoh kemerdekaan negara, negara kita dijajah oleh berbagai negara, beratus tahun lamanya, baharulah pada tahun 40-an penduduk asal negara ini merasakan, bahawa kemerdekaan itu perlu.

Setelah mengecap kemerdekaan selama 50 tahun, dimana penduduk asal merupakan penaraju kerajaan dan negara, maka pada masa ini dirasakan bahawa pemegang tampuk kerajaan oleh penduduk asal, yakni melayu dan bumiputera dan dicampur dengan penduduk bukan asal, tidak lagi relevan dan perlu diganti.

Formula baru mesti dicari untuk menggantikan tampuk pemerintahan, kerana pemerintahan kaum asal tidak boleh diteruskan kerana tidak adil dan berunsur pilih kasih serta tidak telus.

Untuk mencapai dan mengwujudkan pertukaran tampuk pemeritahan dan sistem yang akan dilaksanakan di negara ini, maka ada kaum asal yang memang berfikiran bahawa kerajaan kaum asal tidak cucuk kepada negara bersengkongkol dengan kaum bukan asal yang memang dari dahulu kala berpendapat bahawa negara ini tidak boleh ditadbir urus oleh kaum asal sahaja, sebaliknya ditadbir urus berasaskan merit.

Mutakhir ini, ada bukti-bukti bahawa pemerintahan negara berasaskan merit kemungkin akan mencapai kejayaan. Telah terbukti bahawa melalui pilihanraya umum yang lalu (PRU-12) dan piliharanraya kecil (PRK) yang diadakan setelah PRU-12 menunjukan, bahawa pengundi-pengundi yang berpendidikan majoritinya mengundi parti pembangkang yang merancang mengambil kerajaan dan pemerintahannya nanti diasaskan kepada merit.

Semoga perancangan untuk membentuk kerajaan berpaksi kepada merit ini akan terjadi pada PRU-13, agar supaya kaum melayu dan bumiputera terbangun dari tidur dan akan berkerjakuat untuk memerdekakan diri sendiri dan kaumnya dan berjuang semula seperti pada tahun 40-an.

Thursday, May 28, 2009

Akibat susahnya dapat pinjaman wang bank

Tajuk akhbar Utusan Malaysia hari ini " 3 dikurung seperti Binatang" sebenarnya hanya sedikit kes yang terbongkar oleh pihak polis. Kes ini terlalu berluasa di negara ini, apakah di Kangar maupun Kudat.

Kes ceti haram atau ahlong, telah wujud berdekad lamanya di negara ini, jika ada sesiapa yang berkesempatan menonton filem P.Ramlee.. paparan ceti haram ini merupakan salah satu babak dalam filem P.Ramlee itu (tajuk telah lupa). Menurut cerita dalam filem itu, sipinjam ceti haram sehingga beranak pinakpun, bayaran kepada ceti tidak pernah terlunaskan.

Gejala ini seharusnya membuka mata kerajaan, bahawa begitu susahnya rakyat mendapat wang pinjaman daripada bank-bank tempatan, sehinggakan mereka-mereka yang sangat terdesak terpaksa meminjam daripada ah Long.

Di Sabah, sebaik sahaja kereta di letakkan di tempat parking di bandar-bandar adalah pasti di cermin akan terselip kad ahl Long. Kegiatan dan aktiviti pinjam meninjam yang tidak berlesen ini seolah-olah telah menjadi kebiasaan bagi bandar Kota Kinabalu, Sabah sebagai contoh.

Adalah dirasakan bagi mereka yang bergaji di bawah RM 2,000.00 sebulan dan mempunyai kereta dan rumah untuk dibayar bulanan, pasti kad ATM bank mereka pernah tergadaikan kepada Ah Long.

Sepatutnya kerajaan yang bertanggungjawab mesti mencari jalan dan cara mengatasi kejadian ini supaya jangan berleluasa.

Wednesday, May 27, 2009

Jalan keluar cara kita

Meminjam kata-kata William Arthur Ward dalam bukunya “Fountains of Faith” yang menelaah pengertian pesimis, optimis dan realis.

Menurut penulis ini, orang yang tergolong pesimis adalah orang yang suka merungut tentang kejadian yang sedang berlaku, manakala seseorang yang optimis mengharapkan bahawa kejadian yang berlaku itu agar cepat lenyap dan hilang, manakala seseorang yang realis- adalah orang yang mencari jalan serta cara agar dapat ikut rentak atau mencari punca kejadian yang berlaku.

Melihat keadaan politik, ekonomi dan sosial tanah air, nampaknya rakyat negara ini terbagi tiga kelompok seperti yang disebut oleh penulis buku Fountains of Faith tersebut.

Menganalisa tulisan-tulisan apakah melalui surat-surat khabar maupun paparan para bloger tanah air dan tidak ketinggalan ulasan para pengulas melalui audio visual, nampak dan jelas bahawa keadaan rakyat negara ini memang terbagi kepada tiga kelompok, yakni kelompok pesimis, kelompok optimis dan kelompok realis.

Tuesday, May 26, 2009

Ambil Kuasa Cara Pembangkang


Saya pernah mengupas mengenai kecenderungan penyokong pembangkang melalui “Budaya ingin ditangkap”, untuk itu, dakwan LIM Kit Siang bahawa dalam tempoh 2 minggu akhir-akhir ini, bahawa terdapat 140 orang penyokong pembangkang ditangkap polis membuktikan bahawa analisis itu mempunyai kebenaran.

Tugas polis, dimana-mana adalah sama. Polis bertugas berasaskan kepada skop tugas sepertimana termaktub dalam senarai tugas mereka. Polis diperlukan untuk menjaga ketenteraman awam berpaksi kepada lunas-lunas undang-undang.

Aktiviti penyokong pembangkang, sejak akhir-akhir ini kebanyakannya mempunyai kecenderungan mencabar tugas-tugas polis. Berbagai aktiviti mereka lakukan apakah secara halus dan terancang umpama- mogok lapar, pemasangan lilin dan ada yang merebak kepada pertunjukan kekuatan umpamanya demonstrasi.

Pemimpin dan seterusnya pihak pembangkang tahu benar, bahawa indeks jenayah di negara ini mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan. Dalam fikiran mereka pemanfaatan situasi dan kondisi ini adalah jalan terbaik untuk ikut serta dengan cara-cara mereka sendiri agar supaya keamanan dan ketenteraman ternampak kacau dan tidak aman; agar supaya kelihatan bahawa kerajaan tidak berdaya mengawal keamanan.

Taktik mengambil alih kerajaan adalah berbagai: Apakah melalui proses demokarsi yakni melalui pemilihan, boleh juga melalui pelumpuhan ekonomi, dan boleh juga melalui kekacauan atau kombinasi ketiga-tiganya.

Pihak pembangkang dalam usaha mengambil alih kerajaan negara ini telah melakukan taktik dan perancangan melalui ke-tiga-tiga cara yang disebut di atas. Kita sama-sama mengetahui; sejak berakhirnya PRU-12, telah beberapa pilihanraya kecil (PRK) diadakan untuk menjamin agar memontem sokongan rakyat terhadap parti mereka berterusan.

Di luar negara mapun dalam negara pimpinan mereka menjahirkan bahawa pembangunan ekonomi tidak kondiusif disebabkan kestabilan politik negara tidak menentu, kerana bila-bila masa sahaja tampuk pemerintahan akan berubah.

Dalam menguatkan taktik dan perancangan bagi pihak pembangkang mengambil alih tampuk kerajaan, pihak mereka secara terus menerus mengwujudkan dan mencipta suasana yang kacau, atau aktiviti yang mengundang pihak kerajaan melalui pasukan polis mengambil tindakan agar supaya memontem taktik dan perancangan mereka terus hidup (alive).

Taktik dan perancangan pihak pembangkang yang dilakukan kini adalah doktrin yang memang sinonim dengan Datuk Seri Anwar Ibrahim (DSAI). DSAI memang arif dalam mempergunakan taktik seumpama ini. Selain itu,keupayaan dan kemampuan DSAI dalam mengwujudkan suasana reiotik, yang menyebabkan rakyat tanpa persoalan menerima dan menyokongnya merupakan kelebihan pemimpin ini. Dr Mahathir Mohammad, pernah berkata: kelebihan DSAI, melalui ucapan maupun tulisannya merupakan “edge” beliau dalam usaha melumpuhkan lawan-lawan politiknya.

Kelahiran DAP, anak angkat People Action Party (PAP) Singapura, kewujudan PAS, lebih 40 tahun lalu semata-mata untuk memerintah negara tidak pernah kesampaian. Telah berapa PRU dijalankan,pun demikian DAP dan PAS belum pernah mendapat kerusi yang mencukupi untuk membentuk kerjaan pusat. Perkara ini, disebabkan rakyat berbilang kaum negara ini, belum boleh menerima LIM Kit Siang ultra kaum cina ataupun pemimpin PAS yang ulrta Islam sebagai pemimpin negara.

Kehadiran DSAI, sebagai pemimpin jalan tengah bagi DAP dan PAS, merupakan temuan perjuangan DAP dan PAS selama ini. Apabila DSAI dipecat dalam kerajaan dan UMNO serta barisan nasional, maka kegembiraan DAP dan PAS pada waktu itu sangat luarbiasa. Ramai kalangan pemimpin PAS pada masa itu telah menawarkan tempat kepada DSAI sebagai pemimpin mereka.

Kaum cina dan india di negara ini tahu benar, bahawa mereka tidak akan pernah memerintah secara sendirian, tanpa sokongan kaum melayu dan bumiputera. Mereka juga tahu,kepimpinan cina dan india belum boleh diterima oleh rakyat di mana majoritinya adalah kaum pribumi. Atas dasar itu, kaum ini berjuang bersama kaum pribumi untuk membentuk perikatan agar supaya senantiasa bersama-sama membentuk kerajaan dan memerintah.

Perikatan antara tiga kaum ini terus membentuk dan memerintah negara hingga kini. Lubang-lubang kesempatan ini, pada masa kini, dimanafaatkan oleh mereka yang tidak sehaluan dengan kerajaan, yakni parti pembangkang. Mereka mengambil kesempatan, bahawa melalui ikatan 3 kaum terbesar di negara ini sahaja, maka cita-cita untuk memerintah adalah cerah dan terbuka luas. DAP dan PAS, tahu ini semua dari awal-awal lagi, hanya mereka menunggu masa dan ketika, kapan perancangan ini akan tiba.

Berslogan dan bermoto- barisan alternatif, yang serupa dengan kerajaan memerintah, maka pemanfaatan kehadiran DSAI dengan cita-citanya menjadi perdana menteri dan mendiami Putrajaya, dimana beliau terlibat dalam pembangunannya, terus dinyalakan, terus dibakar, kerana DAP dan PAS tahu, tanpa DSAI, cita-cita mereka untuk menguasai kerajaan persekutuan akan terkubur selama-lamanya.

DAP dan PAS berserta pemimpin dan penyokongnya tahu, bahawa DSAI merupakan segala-galanya. Mereka berdoa mengikut kepercayaan masing-masing agar DSAI dipanjangkan usia, sehinggalah cita-cita mereka tercapai. Lim Kit Siang, Datuk Seri Hadi Awang, serta Tok Guru Nik Aziz akan merasa kerugian, serta kepimpinan mereka tidak bererti tanpa DSAI.

Kemampuan DSAI memimpin sangat terserlah, contohnya apabila DSAI mencetus idea dan taktik memancing wakil rakyat BN agar melompat parti agar supaya DSAI melalui pakatan membentuk kerajaan pada 16 September, 2008 disambut dengan baik dan dihargai oleh semua pemimpin pakatan dan penyokongnya. Taktik dan perancangan DSAI melalui usaha mengambil kerajaan secara pintu belakang dianggap usaha bermoral dan jitu dalam usaha menyelamat negara serta rakyatnya menurut versi mereka. Namun demikian, apabila cara-cara DSAI ini, berlaku di Negeri Perak, maka tindakan versi DSAI ini dikatakan tidak bermoral dan tidak bertamadun.

Adalah jelas, bahawa taktik dan perancangan DSAI hanya boleh digunapakai oleh pihak Pakatan, bukan oleh sesiapa. DSAI yang dinggap merupakan pemimpin Pakatan benar-benar memanafaatkan pengertian pemimpin “Leadership: power and will to control events, the understanding to chart a course, and the power to get job done, cooperatively using the skills and abilities of other people”.

Monday, May 25, 2009

HISTORY OF DAIRY FARMING

Dairy farming has been part of agriculture for thousands of years, but historically, it was usually done on a small scale on mixed farms. Specialist scale dairy farming is only viable where either a large amount of milk is required for production of more durable dairy products such as cheese, or there is a substantial market of people with cash to buy milk, but no cows of their own.
.
Hand milking
Centralized dairy farming as we understand it primarily developed around villages and cities, where residents were unable to have cows of their own due to a lack of grazing land. Near the town, farmers could make some extra money on the side by having additional animals and selling the milk in town. The dairy farmers would fill barrels with milk in the morning and bring it to market on a wagon

Until the late 1800s, the milking of the cow was done by hand. In the United States, several large dairy operations existed in some northeastern states and in the west, that involved as many as several hundred cows, but an individual milker could not be expected to milk more than a dozen cows a day. Smaller operations predominated.

Milking took place indoors in a barn with the cattle tied by the neck with ropes or held in place by stanchions. Feeding could occur simultaneously with milking in the barn, although most dairy cattle were pastured during the day between milkings. Such examples of this method of dairy farming are difficult to locate, but some are preserved as a historic site for a glimpse into the days gone by. One such instance that is open for this is at Point Reyes National Seashore.

The first milking machines were an extension of the traditional milk pail. The early milker device fit on top of a regular milk pail and sat on the floor under the cow. Following each cow being milked, the bucket would be dumped into a holding tank. This developed into the Surge hanging milker. Prior to milking a cow, a large wide leather strap called a surcingle was put around the cow, across the cow's lower back. The milker device and collection tank hung underneath the cow from the strap. This innovation allowed the cow to move around naturally during the milking process rather than having to stand perfectly still over a bucket on the floor.

With the availability of electric power and suction milking machines, the production levels that were possible in stanchion barns increased but the scale of the operations continued to be limited by the labor intensive nature of the milking process. Attaching and removing milking machines involved repeated heavy lifting of the machinery and its contents several times per cow and the pouring of the milk into milk cans. As a result, it was rare to find single-farmer operations of more than 50 head of cattle.

As barns began to increase in size from perhaps 6 to 12 cows to 30 or 40 cows, the bucket milker became a very laborious milking system. As the barn length increased, the farmer had to walk an increasing distance from the cow to the milk bulk tank to dump the collected milk. An early vacuum milk-transport system known as the Step-Saver was developed to save the farmer the trouble of carrying the heavy steel buckets of milk all the way back to the storage tank in the milkhouse. The system used a very long vacuum hose coiled around a receiver cart, and connected to a vacuum-breaker device in the milkhouse.

Following milking each cow, the bucket milker would be dumped into the receiver cart. A foot pedal on the base of the cart lifted the cover, which kept contaminating dust and debris out of the cart, and allowed the farmer to hold the heavy bucket milker with both hands while pouring. A diffuser plate in the top of the cart prevented milk from splashing out while rapidly pouring the milk, and a large filter disk under the diffuser removed any debris from the milk.

Milk collected in a chamber below the filter, and was slowly sucked through the long hose to the milkhouse. When empty, a large float ball in the bottom of the cart would settle down over the drain hole to seal the line and retain system vacuum. When milk was poured into the cart, the ball would float up, unsealing the drain.

An automatic vacuum breaker in the milkhouse cyclically pulled milk from the cart into a glass jar using system vacuum, followed by a release of vacuum to atmospheric pressure, allowing the milk to flow into the bulk tank by gravity flow. When the float level in the jar dropped to setpoint, system vacuum was reapplied to restart the process. Check valves on the vacuum breaker milk hose prevented milk from flowing backwards to the cart when the jar vacuum was released.

As the farmer milked the cows in series, the cart would be rolled further down the center aisle, the long milk hose unwrapped from the cart, and hung on open hooks along the ceiling of the aisle.
.
Milking pipeline
The next innovation in automatic milking was the milk pipeline. This uses a permanent milk-return pipe and a second vacuum pipe that encircles the barn or milking parlor above the rows of cows, with quick-seal entry ports above each cow. By eliminating the need for the milk container, the milking device shrank in size and weight to the point where it could hang under the cow, held up only by the sucking force of the milker nipples on the cow's udder. The milk is pulled up into the milk-return pipe by the vacuum system, and then flows by gravity to the milkhouse vacuum-breaker that puts the milk in the storage tank. The pipeline system greatly reduced the physical labor of milking since the farmer no longer needed to carry around huge heavy buckets of milk from each cow.

The pipeline allowed barn length to keep increasing and expanding, but after a point farmers started to milk the cows in large groups, filling the barn with one-half to one-third of the herd, milking the animals, and then emptying and refilling the barn. As herd sizes continued to increase, this evolved into the more efficient milking parlor.
.
Milking parlors
Innovation in milking focused on mechanising the milking parlour to maximise throughput of cows per operator, which streamlined the milking process to permit cows to be milked as if on an assembly line, and to reduce physical stresses on the farmer by putting the cows on a platform slightly above the person milking the cows to eliminate having to constantly bend over. Many older and smaller farms still have tie-stall or stanchion barns, but worldwide a majority of commercial farms have parlours.

The milking parlor allowed a concentration of money into a small area, so that more technical monitoring and measuring equipment could be devoted to each milking station in the parlor. Rather than simply milking into a common pipeline for example, the parlor can be equipped with fixed measurement systems that monitor milk volume and record milking statistics for each animal. Tags on the animals allow the parlor system to automatically identify each animal as it enters the parlor.
.
Recessed parlors
More modern farms use recessed parlors, where the milker stands in a recess such that his arms are at the level of the cow's udder. Recessed parlors can be herringbone, where the cows stand in two angled rows either side of the recess and the milker accesses the udder from the side, parallel, where the cows stand side-by-side and the milker accesses the udder from the rear or, more recently, rotary (or carousel), where the cows are on a raised circular platform, facing the center of the circle, and the platform rotates while the milker stands in one place and accesses the udder from the rear. There are many other styles of milking parlors which are less common.
Herringbone and parallel parlors

In herringbone and parallel parlors, the milker generally milks one row at a time. The milker will move a row of cows from the holding yard into the milking parlor, and milk each cow in that row. Once all or most of the milking machines have been removed from the milked row, the milker releases the cows to their feed. A new group of cows is then loaded into the now vacant side and the process repeats until all cows are milked. Depending on the size of the milking parlor, which normally is the bottleneck, these rows of cows can range from four to sixty at a time.
.
Rotary parlors
In rotary parlors, The cows are loaded one at a time onto the platform as it slowly rotates. The milker stands near the entry to the parlor and puts the cups on the cows as they move past. By the time the platform has completed almost a full rotation, another milker or a machine removes the cups and the cow steps backwards off the platform and then walks to her feed.
.
Automatic milker take-off
It can be harmful to an animal for it to be over-milked past the point where the udder has stopped releasing milk. Consequently the milking process involves not just applying the milker, but also monitoring the process to determine when the animal has been milked out and the milker should be removed. While parlor operations allowed a farmer to milk many more animals much more quickly, it also increased the number of animals to be monitored simultaneously by the farmer. The automatic take-off system was developed to remove the milker from the cow when the milk flow reaches a preset level, relieving the farmer of the duties of carefully watching over 20 or more animals being milked at the same time.
.
Fully Automated robotic milking
In the 1980s and 1990s, robotic milking systems were developed and introduced (principally in the EU).Thousands of these systems are now in routine operation. In these systems the cow has a high degree of autonomy to choose her time of milking within pre-defined windows. These systems are generally limited to intensively managed systems although research continues to match them to the requirements of grazing cattle and to develop sensors to detect animal health and fertility automatically.
.
History of milk preservation methods
Keeping milk cool helps preserve it. When windmills and well pumps were invented, one of its first uses on the farm besides providing water for animals was for cooling milk, to extend the storage life before being transported to the town market. The naturally cold underground water would be continuously pumped into a tub or other containers of milk set in the tub to cool after milking. This method of milk cooling was extremely popular before the arrival of electricity and refrigeration.

When refrigeration first arrived (the 19th century), the equipment was fairly small and did not have the ability to rapidly cool the large volume of milk that was entering the storage tank in a short period of time. This problem was resolved through the development of the ice bank. This is a double-walled tank design where water and cooling coils fill the space underneath and around the milk tank above.

All day long, the small compressor and cooling system slowly draws heat out of the water, while a second pump continuously circulates the water around the coils. Ice eventually builds up around the coils, until it reaches a thickness of about three inches surrounding each pipe, and the cooling system shuts off. When the milking operation starts only the milk agitator and the water circulation pump blowing water across the ice and the steel walls of the tank are needed to rapidly reduce the incoming milk to a temperature below 40 degrees. But because the ice is not permitted to build up until it touches the milk storage tank, the milk does not get cold enough to also freeze.

This cooling method worked well for smaller dairies up to about 40 cows, but for large numbers of animals a better system was needed to rapidly cool the incoming warm milk. This is usually done using a device known as a plate chiller, which is a heat exchanger. Alternating stainless steel plates cause the milk to flow in a thin sheet across the plates, while cold water is circulated in a thin sheet on the other side of the plates. Flattening out the milk flow permits quick. even cooling for all the milk, compared to a round tube where the center core does not cool as rapidly as the walls.

The plate chiller has high cooling demands, and for many farms this involves a step back into the past, back to the days of windmills and milk-can cooling, except now a large volume of naturally cold underground water is continuously streamed through the plate chiller to quickly bring down the milk down to the temperature of the underground water at about 50 °F (10 °C). The water is usually not just dumped back into the ground again, but reused for washing and other purposes.

But the milk still is not as cold as it needs to be, so the milk storage tank is still used to do further cooling, to bring the milk down to 40 degrees. But with the development of high-power 3-phase electrical service, ice-bank chillers are typically no longer used. Instead the milk storage tank is a direct-cooling system with cooling coils embedded in the walls of the tank, that quickly pull the heat out and dump it across a large array of possibly several different high-horsepower compressors and condensing units. Once the milk has achieved 40 °F (4 °C) after milking is finished, only one or two cooling units need to run occasionally to maintain the correct temperature.
.
The milking operation
Milking machines are held in place automatically by a vacuum system that draws the ambient air pressure down from 15 to 21 pounds of vacuum. The vacuum is also used to lift milk vertically through small diameter hoses, into the receiving can. A milk lift pump draws the milk from the receiving can through large diameter stainless steel piping, through the plate cooler, then into a refrigerated bulk tank.

Milk is extracted from the cow's udder by flexible rubber sheaths known as liners or inflations that are surrounded by a rigid air chamber. A pulsating flow of ambient air and vacuum is applied to the inflation's air chamber during the milking process. When ambient air is allowed to enter the chamber, the vacuum inside the inflation causes the inflation to collapse around the cow's teat, squeezing the milk out of teat in a similar fashion as a baby calf's mouth massaging the teat. When the vacuum is reapplied in the chamber the flexible rubber inflation relaxes and opens up, preparing for the next squeezing cycle.

It takes the average cow three to five minutes to give her milk. Some cows are faster or slower. Slow-milking cows may take up to fifteen minutes to let down all their milk. Milking speed is only minorly related to the quantity of milk the cow produces - milking speed is a separate factor from milk quantity; milk quantity is not determinative of milking speed. Because most milkers milk cattle in groups, the milker can only process a group of cows at the speed of the slowest-milking cow. For this reason, many farmers will cull slow-milking cows.

The extracted milk passes through a strainer and plate heat exchangers before entering the tank, where it can be stored safely for a few days at approximately 3 °C or around 42 °F (6 °C). At pre-arranged times, a milk truck arrives and pumps the milk from the tank for transport to a dairy factory where it will be pasteurized and processed into many products.
.
Animal waste from large dairies
As measured in phosphorus, the waste output of 5,000 cows roughly equals a municipality of 70,000 people. In the U.S., dairy operations with more than 1,000 cows meet the EPA definition of a CAFO (Concentrated Animal Feeding Operation), and are subject to EPA regulations For example, in the San Joaquin Valley of California number of dairies have been established on a very large scale. Each dairy consists of several modern milking parlor set-ups operated as a single enterprise. Each milking parlor is surrounded by a set of 3 or 4 loafing barns housing 1,500 or 2,000 cattle. Some of the larger dairies have planned 10 or more series of loafing barns and milking parlors in this arrangement, so that the total operation may include as many as 15,000 or 20,000 cows. The milking process for these dairies is similar to a smaller dairy with a single milking parlor but repeated several times. The size and concentration of cattle creates major environmental issues associated with manure handling and disposal, which requires substantial areas of cropland (a ratio of 5 or 6 cows to the acre, or several thousand acres for dairies of this size) for manure spreading and dispersion, or several-acre methane digesters. Air pollution from methane gas associated with manure management also is a major concern. As a result, proposals to develop dairies of this size can be controversial and provoke substantial opposition from environmentalists including the Sierra Club and local activists.

The potential impact of large dairies was demonstrated when a massive manure spill occurred on a 5,000-cow dairy in Upstate New York, contaminating a 20-mile (32 km) stretch of the Black River, and killing 375,000 fish. On Aug. 10, 2005, a manure storage lagoon collapsed releasing several million gallons of manure into the Black River. Subsequently the New York Department of Environmental Conservation mandated a settlement package of $2.2 million against the dairy.
.
Use of hormones
It is possible to maintain higher milk production by injecting cows with growth hormones known as recombinant BST or rBGH, but this is controversial due to its effects on animal and possibly human health. The European Union, Japan, Australia, New Zealand and Canada have banned its use due to such concerns. However, no such prohibition exists in the US, where approximately 22% of dairy cows are treated in this way. The U.S. Food and Drug Administration maintains that no "significant difference" has been found between milk from treated and non-treated cows but based on consumer concerns several milk purchasers and resellers have elected not to purchase milk produced with rBST.
.
Management of the dairy herd
Modern dairy farmers use milking machines and sophisticated plumbing systems to harvest and store the milk from the cows, which are usually milked two or three times daily. During the warm months, in the northern hemisphere, cows may be allowed to graze in their pastures, both day and night, and are brought into the barn only to be milked. Many barns also incorporate tunnel ventilation into the architecture of the barn structure. This ventilation system is highly efficient and involves opening both ends of the structure allowing cool air to blow through the building. Farmers with this type of structure keep cows inside during the summer months to prevent sunburn and damage to udders. During the winter months, especially in northern climates, the cows may spend the majority of their time inside the barn, which is warmed by their collective body heat. Even in winter, the heat produced by the cattle requires the barns to be ventilated for cooling purposes. Many modern facilities, and particularly those in tropical areas, keep all animals inside at all times to facilitate herd management. Housing the cow can be either loose housed or stalls (called cow cubicles in UK). There is little research available on dimensions required for cow stalls, and much housing can be out of date, however increasingly companies are making farmers aware of the benefits, in terms of animal welfare, health and milk production.

In the Southern hemisphere cows spend most of their lives outside on pasture, although they may receive supplementation during periods of low pasture availability

The production of milk requires that the cow be in lactation, which is a result of the cow having given birth to a calf. The cycle of insemination, pregnancy, parturition and lactation, followed by a "dry" period before insemination can recur, requires a period of 12 to 16 months for each cow. Dairy operations therefore included both the production of milk and the production of calves. Bull calves are either castrated and raised as steers for beef production or raised for veal. As the size of herds has increased, the conditions in which large numbers of veal calves are raised, fed and marketed on larger dairies also have provoked controversy among animal rights activists.

Sunday, May 24, 2009

Mendampingi rakyat: slogan atau pemanis kata


Selepas pergantian kepimpian negara terlaksana, para pemimpin negara terutama yang mempunyai jawatan parti, terlalu sering mengunakan kata-kata " mendampingi" rakyat.
Setakat ini saya tercari-cari apa yang dimaksud dengan istilah ini. Semoga ada pembaca yang boleh menguraikannya.

Saturday, May 23, 2009

Pembangkang: Pertikai Keputusan Hakim Malaysia


Seperti yang diduga jika keputusan mahkamah rayuan menyebelahi barisan nasional dalam perkara Dr Zamry Abdul Kadir lawan Ir Muhammad Nizar Jamaludin, maka pihak pembangkang tidak akan menerimanya.

Berbagai alasan dikemukakan oleh pihak pembangkang untuk menolak keputusan mahkamah rayuan- antaranya para hakim telah dibeli oleh kerajaan barisan nasional. Sayang, tiga hakim yang menghakimi kes ini, tidak dapat membela diri di mahkamah rakyat, kerana peraturan dan kod etika kehakiman yang disanjung oleh para hakim tersebut menghalang mereka berbuat demikian.

Adalah perkara biasa, perbuatan menyanggah dan membangkang adalah kerja pembangkang. Pembangkang akan mengeluarkan hujah-hujah melalui peguam atau cerdik pandai mereka untuk mengeluarkan tafsiran menurut versi mereka dalam usaha menarik perhatian rakyat, seolah-olah keputusan tiga hakim mahkamah rayuan itu adalah salah dan bias.

Bagi rakyat yang memang menyebelahi pembangkang, maka adalah wajar bagi mereka menolak keputusan tersebut. Bagi pembangkang apapun keputusan yang tidak memihak kepada mereka adalah bias.

Pihak pembangkang tidak semana-mana menjadi pakar undang-undang, manakala kerjaya hakim yang diamanahkan untuk membuat hukuman berasaskan kepada hujah-hujah undang-undang dan undang-undang yang termaktub dalam acara undang-undang negara tidak diambil kira oleh mereka.

Yang jelas dan ketara, apapun keputusan yang dibuat oleh hakim-hakim bertauliah negara ini, tidak akan diakui atau diterima oleh pihak pembangkang, selagi keputusan tidak memihak kepada mereka. Keadaan ini dijangka berlarutan dan akan terus berlaku selagi pembangkang wujud di negara ini

Friday, May 22, 2009

Bank enggan bantu usahawan bantut ekonomi negara


Wang adalah satu faktor yang penting dalam perniagaan di samping bentuk modal lain, seperti modal manusia dan modal peralatan.

Wang diperlukan dalam urusan mendapatkan barangan masukan, pemasaran, pengiklanan dan juga sebagai upah mendapatkan tenaga kerja yang diperlukan untuk menggerakan perniagaan.

Disamping itu, wang juga digunakan sebagai kayu pengukur kekuatan sesuatu perniagaan atau sesebuah entiti. Dalam urusan pensyarikatan misalnya, besar kecilnya syarikat itu akan dilihat melalui jumlah wang yang ada dalam syarikat apakah dalam bentuk modal yang dibenarkan dan juga modal berbayar. Yang jelas, pemilikan wang sesebuah syarikat menunjukan kemampuan dan daya maju sesebuah syarikat tersebut.

Dalam urusan tender misalnya, tolok ukur yang biasa digunakan oleh pihak kerajaan khasnya adalah jumlah wang tunai dalam akaun bank sesbuah syarikat selarinya dengan besarnya syarikat itu, yakni melalui modal berbayar syarikat tersebut.

Demikian juga dalam kaedah menilai dayamaju sesebuah syarikat akan dinilai melalui wang, yakni wang tunai yang disebut aliran tunai yang ada dalam akaun sesebuah syarikat. Perkara ini penting, kerana sesebuah syarikat dalam proses perniagaannya nampak berdaya maju, apabila dilihat dari segi pengiraan rugi laba, tetapi tidak sustainable kerana aliran tunai sesebuah syarikat itu lemah.

Krisis keupayaan sesebuah syarikat mengumpulkan wang dalam bentuk aliran tunai walaupun kelihatan bahawa sesebuah syarikat itu berdaya maju merupakan masalah yang dihadapi syarikat-syarikat di negara ini, terutama syarikat yang masih bersatus bayi dan juga sebahaggian besar syarikat yang terkategori Industri kecil dan sederhana (IKS).

Tidak dapat dinafikan bahawa kewujudan syarikat-syarikat kecil termasuk IKS merupakan salah satu enjin penggerak ekonomi sesebuah negara. Kehadiran syarikat-syarikat ini merupakan salah satu bentuk pengelibatan rakyat dalam proses pembangunan negara.

Walaupun peranan syarikat-syarikat ini dianggap besar secara makro, tetapi ada kelompok-kelompok tertentu masyarakat negara ini tidak mempunyai mode yang baik terhadap kehadiran syarikat-syarikat bentuk ini, kerana mungkin pemilik atau pemilikian syarikat-syarikat seumpama ini diusahakan dan dimiliki oleh entik majoriti negara ini, yakni kaum melayu dan bumiputera.

Tahun 1997-1998, apabila terjadi krisis kewangan di negara ini, syarikat-syarikat kecil dan juga sederhana mendapat tamparan hebat, apa tak lagi pada masa itu, tempoh pembayaran hutang telah dipendekkan daripada 6 bulan kepada 3 bulan melalui polisi menteri kewangan masa itu, yakni Anwar Ibrahim. Akibat perubahan jarak atau tempoh bayaran ini, maka syarikat-syarikat kecil ini dan ada juga yang besar-besar secara cepat jatuh muflis,kerana kadar Non Performing Loan (NPL) mereka dengan cepatnya meningkat.

Gejala dan mode keadaan krisis kewangan yang melanda negara pada tahun tersebut, mutakhir ini ada tanda-tanda muncul semula,kerana keputusan bank-bank saudagar negara yang kelihatan berhati-hati mengeluarkan wang dalam bentuk suntikan modal alias pinjaman kepada syarikat-syarikat yang kekurangan aliran tunai, walaupun syarikat-syarikat tersebut berdaya maju.

Ekoran keengganan pihak bank-bank negara ini terjun sebagai penyelamat, membuatkan perdana menteri yang juga menteri kewangan negara mengeluarkan teguran.

Teguran Datuk Seri Najib ini memang ada asasnya dengan melihat data sektor perbankan negara dimana masih mencatatkan imbangan kira-kira yang teguh dengan nisbah modal berwajaran risiko 13.4 peratus pada akhir Mac lalu dengan mempunyai jumlah penampan kerugian sebanyak RM44.6 bilion serta nisbah hutang tidak berbayar 2.2 peratus.

Adalah cukup menghairankan apabila Datuk Seri Najib Tun Razak mendedahkan institusi perbankan tempatan tidak berdepan dengan sebarang risiko. Tetapi kenapa sukar sangat hendak memberikan kemudahan kredit kepada para usahawan.

Fenomena ini memang tidak menghairankan,, kerana itu lah pada asasnya sesebuah negara sekurang-kurangnya memiliki paling tidak sebuah bank saudagar agar supaya boleh digunakan untuk terjun dikala diperlukan untuk menyelamat dan menangkis usaha-usaha menstabotej perekonomian negara.

Memperlahan perjalanan ekonomi negara melalui perlambatan pusingan wang merupakan usaha yang sangat berkesan untuk melumpuhkan perekonomian negara. Bentuk dan cara ini, tidak ketara di mata rakyat jelata, apa lagi mereka yang kurang arif mengenai kekuatan pusingan wang.

Gejala memperlambat pusingan wang ini pernah terjadi semasa depressi tahun 1930-an tetapi tindakan kerajaan Amerika melalui bank pusat pada masa itu dengan memperbanyak pusingan wang agar cepat berpindah tangan kepada rakyat biasa melalui pembangunan jalan-jalan raya di seluruh Amerika, maka hasilnya dalam masa 10 tahun, ekonomi Amerika telah pulih dan pesat, sehinggakan negara itu mampu membiayai perang dunia ke-II dan memenanginya.

Fenomena keengganan pihak-pihak bank mengeluarkan pinjaman kepada syarikat-syarikat terutama IKS, dengan alasan peraturan yang dicipta sendiri oleh mereka tidak dapat dipenuhi, merupakan cara halus mensabotej usaha kerajaan pada masa pemerintahan DS Najib, walaupun PM-6 ini telah berusaha dengan gigih melakukan tindakan-tindakan agar perekonomian negara tidak “mandek” atau stagnant.

Jika sekiranya polisi perbankan negara ini tidak diubah dan terus mempraktekan polisi mereka yang sedia ada,maka dalam masa yang singkat akan lahirlah usahawan-usahawan muflis dan syarikat-syarikat golong tikar, kerana kelangsungan usaha mereka tidak mungkin dapat diteruskan lagi.

Tindakan kerajaan dengan cara pelancaran pakej-pakej stimulus tidak akan ke mana-mana, tanpa kerjasama perbankan, kerana sifat pakej-pakej stimulus hanya berupa usaha preventif dalam jangka pendek dalam memperlancar kegiatan ekonomi.Kerajaan perlu mengeluarkan polisi dan polisi ini tidak boleh ditangguh-tangguh lagi, bahawa semua perbankan di negara ini diharuskan menyediakan satu pakej khas dalam sistem perbankan mereka untuk digunakan sebagai dana khas membantu usahawan atau syarikat-syarikat berdaya maju atau syarikat-syarikat yang mengeluarkan produk yang ada kaitan dengan kestabilan baik dalam ekonomi atau pun sosial

Wednesday, May 20, 2009

Sindrom Kejayaan: Punca Pemimpin hilang pedoman

Membanggakan kejayaan memerdekakan negara, menangani peristiwa hitam 13 mei, mengatasi krisis kewangan tahun 1997 serta krisis ekonomi tahun 1982 merupakan lirik para pemimpin negara dalam usaha menarik rakyat agar senantiasa menyokong kerajaan.

Persepsi bahawa rakyat tiada pilihan melainkan menyokong parti Barisan nasional, manakala kaum melayu tidak akan sanggup meninggalkan parti UMNO, demikian juga kaum cina dan india pasti menyokong MCA dan MIC mengakibatkan para pemimpin barisan nasional yang diketengahkan akar umbi menjadi alfa dan lupa daratan.

Tidak salah mengagungkan parti, tidak salah membangkitkan kejayaan parti, tetapi massa yang mengakibatkan parti itu kuat jangan sampai diketepikan.

Betul kata Datuk Najib bahawa sebahagian rakyat sekarang dilahirkan setelah merdeka. Rakyat yang dimaksudkan tidak mengalami dan tidak merasakan bagaimana rakyat terdahulu berjuang jiwa dan raga dalam proses menghilangkan belengu dan kongkongan penjajah dan seterusnya melahirkan negara berdaulat dan merdeka.

Rakyat dilahirkan pasca merdeka tidak perlu ikut cara-cara semasa proses memerdekakan tanah air, tetapi sekadar tahu sejarah adalah cukup memadai, kerana dipundak generasi sekarang terletak kesinambungan kedaulatan dan kemerdekaan negara.

Setiap pusingan waktu, mempunyai cabaran yang berbeda, jika dahulu rakyat mengalami kongkongan penjajahan secara fizikal, tetapi pada masa ini, penjajahan dalam bentuk lain pula-misalnya penjajahan dari segi ilmu, teknologi dan ekonomi serta budaya.

Rakyat pasca merdeka perlu menggunakan seluruh kebolehan yang ada bukan setakat jiwa dan raga tetapi mental, fikiran dan kreativiti dan juga pegangan agama.

Pemimpin kerajaan yang memerintah tidak seharusnya hanya mengalunkan lagu dengan lirik lama, tetapi perlu mencipta lagu dan lirik sesuai dengan perkembangan zaman.

Rakyat sekarang tidak lagi menggunakan biskal atau kereta lembu untuk ke pasar atau pekan, tetapi telah menggunakan kereta kedua untuk tujuan itu semua. Malahan ada sebahagian generasi pasca merdeka telah menggunakan alam maya untuk mendapatkan produk yang diinginkan.

Rakyat sekarang, bukan lagi tahu hanya bersepak raga atau bermain bola menggunakan “buah limau besar” tetapi telah menggunakan bola yang diperbuat dari kulit yang “haram” di sisi agama islam: dengan bantuan teknologi, apabila ditendang boleh mencecah kelajuan 100km sejam.

Rakyat sekarang tidak perlu lagi wayang pacak RTM yang ditayang secara percuma di kampung-kampung ( atas tajaan milo) tetapi siaran berbayar seperti ASTRO, walaupun masih ada yang berbentuk siaran percuma, yakni siaran RTM dan TV3. Walaupun pada suatu ketika, pelanggan ASTRO telah menjadi ukuran jabatan kebajikan dalam menentukan bantuan kepada rakyat daif dan orang kurangupaya (OKU).

Para pemimpin kerajaan umumnya dan khasnya UMNO masih terlalu teringat kejayaan lalu, berpaksi kepada kejayaan silam, maka kejayaan itu terus diulang-ulang sehingga membosankan sesiapa yang mendengarnya.

Memang diakui, bahawa suatu kejayaan atau kegagalan itu berpunca daripada pengalaman yang telah menjadi sejarah, kerana tiada manusia yang boleh meramal kejadian yang akan berlaku, walaupun berbagai keadah dapat digunakan untuk meramal. Kerja meramal tetap merupakan ramalan, tidak mungkin menghasilkan sesuatu yang seratus peratus sama seperti yang diramalkan.

Ambil contoh kejadian sunami yang melanda Aceh, sebahagian semanjung, sri lanka dan pantai timur afrika, tidak dapat dikesan oleh teknologi terkini yang tersedia ada, demikian juga sunami politik yang dialami barisan nasional di semanjung, tiada seorang pemimpin UMNO atau barisan nasional pun yang dapat meramal keputusan PRU-12. Malah menjelang PRU-12, Dato Abdullah Badawi masa itu, pernah mengeluarkan kata-kata pedas kepada rakyat: Bahawa beliau pantang dicabar, jangan berdemonstari di jalanan, tetapi berdemonstrasi melalui peti undi, dan mengucapkan “who is Anwar Ibrahim”.

Berasaskan kepada tingkahlaku Dato Abdullah Badawi pada waktu itu, yakni sebelum PRU-12, menggambarkan bahawa BN dan UMNO begitu yakin akan menang besar, jika pilihanraya diadakan. Oleh kerana keterbatasan manusia dalam kerja-kerja meramal, maka kita semua tahu, bahawa keputusan PRU-12, kerajaan persekutuan yang diketuai oleh UMNO hampir tersungkur, kalau tidak kerana bantuan ahli BN Sarawak dan Sabah.

Apabila disaksikan, setiap perhimpunan UMNO, setiap ada perjumpaan pemimpin dengan rakyat, atau semasa menyambut 31 Ogos, isu utama yang dilaungkan oleh pembuat perutusan adalah melaungkan kejayaan parti dalam usaha memerdekakan negara.

Setiap ada pilihanraya, isu utama yang dilaungkan adalah penekanan kepada parti, peranan rakyat tidak penting, yang penting adalah parti. Rakyat dikelirukan, untuk memilih siapa saja yang diketengahkan oleh parti, kerana jika tidak maka ahli dianggap derhaka kepada parti.

Persepsi bahawa parti perlu diutamakan, tiada lagi pilihan lain, kecuali harus mengikut kehendak parti. Persepsi ini lah yang menjadi penyebab kenapa individu-individu yang diketengahkan mengambil kesempatan dan berselindung atas nama parti. Mereka terlupa bahawa mereka kelihatan kuat, kerana parti mendapat sokongan dan masih diterima oleh rakyat jelata.

Akibat anggapan yang menebal bahawa parti selamanya kuat seperti slogan yang dibuat stiker panjang yang melekat di kereta-kereta mewah milik ahli-ahli parti “Dulu, Kini dan Selamanya” mengakibatkan pemimpin yang diketengahkan naik tucang dan hanya tahu memandang ke langit, sehinggakan bumi yang dipijak tidak diketahui tinggi dan rendahnya.

Pemimpin terbuai dengan kejayaan yang dicuri dan dirampas dari rakyat, sehingga rakyat terlupakan. Pemimpin tidak perlu tahu apakah rakyat yang dirampas kejayaannya: cukup makan, ada tempat berteduh, ada kemudahan kesehatan, ada kemudahan air bersih, ada kemudahan lampu, ada kemudahan untuk mencari rezeki dan kemudahan-kemudahan sebagai insan merdeka.

Telah menjadi lumrah, apabila kejayaan bukan berpaksi kepada hasil titik peluh, maka penghargaan kepada kejayaan itu tidak mepunyai nilai yang kental, tidak sama dengan kejayaan yang diperoleh melalui titisan keringat dan usaha sendiri.

Kejayaan yang dirampas- dicuri atau mungkin ada yang dipinjam dimanafaatkan seluas-luasnya untuk membangun empayer sendiri, membangun ekonomi sendiri berserta saudara terdekat atau macai-macai, kerena sebagai perampas kejayaan, mereka tahu benar-bahawa kejayaan tidak selamanya dimiliki dan akan hilang semula.

Tidak hairan, apabila ada pemimpin baru yang muncul dan menjadi wakil rakyat, apa tak lagi dilantik menteri, sekonyong-konyong jadi jutawan, punya rumah bungalow, punya kereta berjenama berbuah-buah, dan cuma bersarapan di hotel-hotel mewah. Jika dahulu, mudah didekati, mudah dihubungi, mudah ditemui, suka ke majlis perkhawinan rakyat biasa, suka ziarah apabila ada kematian atau sakit, sekarang tidak lagi. Kalaupun melakukan akitiviti ini, tetapi tertakluk kepada darjat dan bulu serta aktiviti keraian yang bersifat “moden”.

Cara berpakaian telah berubah, jika dahulu baju atau seluar tempahan adalah memadai, tetapi sekarang telah bertukar kepada jenama glamour dan bertrade mark di kocek baju dan seluar. Jika dahulu sebelum disapa, telah mengucapkan salam terlebih dahulu, sekarang telah berubah. Jika dahulu menyalam mengenggam erat telapak tangan, sekarang sekadar meluruskan jari dan menyentuh telapak tangan pihak yang di salam.

Cara pergaulanpun telah berubah, jika dahulu terbuka, sekarang berubah hanya bergaul dengan kelompok elit dan kontraktor-kontraktor kelas berat,kalaupun bergaul dengan pegawai-pegawai kerajaan, hanya terhad kepada pengarah maupun pegawai daerah.

Kejayaan atau kuasa yang diperoleh kena berlagak seperti yang berkuasa, agar supaya kelihatan ada status dan kuasa. Kena berlaga sebagai orang kenamaan, kerana memangpun orang kenamaan menurut versi mereka.

Rakyat pada masa ini telah muak dan jelak dengan karenah ini, kerana itu lah apabila ada parti alternatif yang mereka anggap boleh bersaing dengan kerajaan pemerintah, tanpa silu segan mereka memberi sokongan. Pimpinan alternatif, tidaklah sekuat sangat, tidaklah sebaik sangat, disebabkan oleh pemimpin penaraju kerajaan yang memuakan dan memualkan, rakyat sangup berpatah arang demi memberi pengajaran kepada pimpinan yang hilang pedoman dan arah. Pimpinan yang telah alfa asas perjuangan, pimpinan yang telah lupa dan tidak mahu tahu, bahawa asas kekuatan dan kejayaan mereka adalah masyarakat biasa yang kadang-kadang dianggap seperti melukut di tepi gantang, dianggap kehadiran dan keberadaan atau absente mereka tidak signifikan di mata para pimpinan yang telah buta, tuli dan bisu ini.

Masyarakat Kampung Rampayan Ulu Kempunan Bantuan Kerajaan

Keresehan masyarakat kampung Rampayan ULU, Kota Belud telah terbongkar ekoran lawatan Datuk Musbah Jamli; pembantu menteri pertanian dan asas tani negeri Sabah ke kampung itu baru-baru ini.

Cadangan kerajaan negeri untuk membangun peternakan lembu tenusu dan daging di Tandu Magarang dan Lok Padang mungkin tidak menjadi kenyataan dan akan menjadi angan-angan, ekoran padang ragut yang sepatutnya tersedia, telah tiada ekoran pentahulian tanah-tanah tersebut oleh Jabatan Tanah dan Ukur Negeri Sabah kepada individu tertentu yang berkerja di Pejabat Daerah Kota Belud dan juga mantan wakil rakyat Kota Belud- Datuk Yahya Lampong.

Keluasan yang hampir 2000 ekar, padang ragut yang sepatutnya milik masyarakat kampung dipercayai telah berpindah milik kepada individu tersebut bersama-sama keluarga terdekatnya.

Kerakusan individu-individu tertentu dengan tidak mengambil penduli kepentingan ramai, telah menjadi api dalam sekam dan pecah menanti belah bagi kebanyakan penduduk “tunganai” kampung Rampayan Ulu.

Akibat kegelojoan individu-individu ini, maka masyarakat kampung tersebut merasakan, bahawa ketidakadilan telah wujud dan terjadi- sehingga mereka merasa geram dan jelak, akibatnya sasaran mereka adalah kepada kerajaan yang memerintah.

Mereka menuduh dan sepatutnya demikian, bahawa kerajaan yang memerintah adalah pilih kasih kerana tidak mengutamakan rakyat yang ramai, tetapi memberi keistimewaan kepada individu-individu tertentu seperti Datuk Yahya Lampung dan individu penjabat jawatan tertentu di Pejabat Daerah Kota Belud.

Seorang wakil penduduk Encik Hakim Haji Salleh, menyuarakan keadaan ini cukup membimbangkan, kerana cadangan yang dipelopori oleh Datuk Musbah, merupakan usaha ADUN Tempasuk itu untuk mengurangkan kesengsaraan hidup masyarakat Kampung Rampayan Ulu akan terbantut.

Masyarakat kampung Rampayan Ulu, merupakan salah satu kampung yang termiskin dan daif di Kota Belud, yang mana sejak sekian lama, kehidupan mereka hanya tergantung kepada laut. Memandangkan mutakhir ini,hasil laut telah hampir pupus akibat tindakan nelayan pukat tunda yang dilesenkan oleh kerajaan melalui Jabatan Perikanan Negeri Sabah.

Keterhadan tangkapan hasil laut, mengakibatkan pendapatan masyarakat kampung Rampayan Ulu menjunam sehinggakan status miskin turun dua anak tangga kepada status daif.

Ketiadaan padang ragut, usaha ADUN Tempasuk akan hanya tercatit di atas kertas putih serta bahan arkib.

Sunday, May 17, 2009

Kegiatan Pertanian

Kegiatan pertanian yang meliputi budaya bercocok tanam dan memelihara ternak merupakan kebudayaan manusia paling tua. Tetapi dibandingkan dengan sejarah keberadaan manusia, kegiatan bertani ini termasuk masih baru. Sebelumnya, manusia hanya berburu haiwan dan mengumpulkan bahan makanan untuk dikonsumsi.

Sejalan dengan peningkatan peradaban manusia, pertanianpun berkembang menjadi berbagai sistem. Mulai dari sistem yang paling sederhana sampai sistem yang canggih dan intensif modal. Berbagai teknologi pertanian dikembangkan guna mencapai produktiviti yang diinginkan.

Di lain fihak, ilmu pertanianpun berkembang. Ilmu pertanian kemudian tumbuh bercabang-cabang, terspesialisasi, seperti misalnya agaronomi, ilmu tanah, sosial ekonomi, perlindungan tanaman, dan sebagainya.

Kemajuan ilmu dan teknologi, peningkatan keperluan hidup manusia, memaksa manusia untuk meningkatkan produktiviti menguras tanah, sementara itu daya dukung persekitaran mempunyai ambang batas toleransi. Sehingga, peningkatan produktiviti akan mengakibatkan kerusakan persekitaran, yang pada ujungnya akan merugikan manusia juga. Berangkat dari kesadaran itu maka muncullah tuntutan adanya sistem pertanian bersepadu.

Definisi komprehensif bagi pertanian bersepadu meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi, yang direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan pengurangan input bahan-bahan kimia dibandingkan pada sistem pertanian tradisional, erosi tanah dikawal, dan pengawalan rumpai, memiliki efisiensi kegiatan pertanian (on-farm) dan bahan-bahan input maksimum, pemeliharaan kesuburan tanah dengan menambahkan nutrisi tanaman, dan penggunaan dasar-dasar biologi pada pelaksanaan pertanian

Salah satu pendekatan pertanian bersepadu adalah penggunaan input pertanian minima (low input), perkara ini diasaskan kepada pemahaman, bahawa sistem pertanian mempunyai kapasiti dalaman (internal capacity) yang besar untuk melakukan peremajaan (regeneracy) dengan menggunakan sumberdaya-sumberdaya dalaman.

Penyelidikan mengenai: peningkatan produktiviti pertanian, kekuatan tanah untuk mengeluarkan produktiviti, cara-cara mengurangkan hakisan tanah, kehilangan air dan nutrisi dan, melakukan konservasi alam dan energi.Penumpuhan mencari sumberdaya yang efisien, kos rendah, dan sistem-sistem keluaran yang lebih menguntungkan.

Siapapun yang bergiat dalam bidang pertanian, seharusnya berusaha menjaga dan mengwujudkan semangat kepedulian yang luas pada masyarakat dalam usaha membiarkan alam yang bersih dan nyaman.

Sejak sedekad yang lalu, telah terjadi paradigma yang membawa masyarakat pertanian dari keadaan yang memerlukan produktiviti lebih tinggi menuju suatu keadaan masyarakat yang mengutamakan sistem pertanian bersepadu.


Semangat ini sangat diperlukan, disebabkan telah terjadi kesilapan besar dimana keinginan untuk mencapai produktiviti tinggi dalam kegiatan pertanian konvensional telah membawa kepada biaya kerosakan yang cukup siginifikan pada alam semulajadi dan berakibat kepada gangguan sosial.

Dalam usaha mengalihkan kesan-kesan negatif pertanian konvensional, beberapa bentuk sistem pertanian bersepadu yang belainan telah dicadangkan sebagai alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara ekonomi dan aman secara alam semulajadi.

Pengkhususan dalam sistem pertanian alternatif ini selalu diiringi dengan suatu keinginan mengobati kesehatan dan kerosakan alam semulajadi ke arah keseimbangan alam semulajadi.

Tetapi patokan atau kriteria yang paling utama bagi kebanyakan petani dalam usaha mengubah cara-cara bertani adalah keinginan mendapat hasil yang secukup-cukupnya secara ekonomi. Penerimaan terhadap cara-cara pertanian alternatif yang lebih luas ini memerlukan bahawa kaedah tersebut paling tidak memberi kualiti yang sama dalam bentuk keuntungan dibanding kaedah konvesional atau paling tidak memberi kelebihan bukan kewangan yang signifikan, seperti menjaga penurunan kualiti sumber air dan tanah secara cepat.

Penguatkuasaan perubahan kegiatan pertanian konvensional ke arah pertanian bersepadu,pasti akan mengubah struktur sosial dan ekonomi. Pada saat penggunaan input yang menurun, terdapat hubungan yang menurun pula pada hubungan kerja terhadap mereka yang selama ini terlibat dan mendapat manafaat dari pertanian konvesional.

Hasilnya adalah terdapat banyak kemnugkinan yang dapat ditemukan, yakni meningkatnya kualiti hidup, dan akan terjadi peningkatan kegiatan pertanian mereka.

Untuk menerapkan input minima pertanian bersepadu akan berakibat pengurangan atau penurunan fungsi-fungsi luaran atau akibat-akibat negatif dari perangkap sosial pada masyarakat. Petani selalu terperangkap dalam jerat sosial tersebut disebabkan oleh insentiif-insentif yang mereka terima dari kegiatan produksi saat ini.

(Jawabnya: Mental Subsidi yang disuapkan oleh kerajaan kepada masyarakat yang dianggap kurang bernasib baik dan perlu dibela).

Saturday, May 16, 2009

Kuasa Media Alternatif

Semalam saya sempat simbang-simbang dengan pemuda Kg Rampayan Ulu Kota Belud. Topik dan pokok simbang-simbang tidak menentu, kadang mengarah kepada perkembangan politik, kadang beralih kepada perkara-perkara pembangunan, kadang bertukar kepada keinginan dan kecenderungan para pemuda. Manakala kedudukan pengangguran juga salah satu penekanaan dalam simbang-simbang itu.

Telah lama saya tidak bersimbang-simbang bersama pemuda, kalau pun saya ke kampung, biasanya bertemu dengan kawan-kawan sebaya atau yang lebih tua.

Lawatan kali ini, sengaja bertemu para pemuda. Kenapa pemuda? Apabila melihat keputusan PRU-12, saluran 3 peti undi- dimana sebahagian besar adalah pemuda dan pengundi-pengundi baru, secara umumnya memilih parti bukan barisan nasional.

Dalam simbang-simbang yang memakan waktu yang agak lama- sebab saya sempat menghabiskan tiga cangkir alicafe, walaupun dihirup secara santai sambil menikamti rokok yang mengiklankan punca penyakit kanser mulut, leher dan kelahiran bayi pra matang. Batangan rokok yang habis terbakar hampir 60 batang, bayangkan lamanya simbang-simbang itu.

Pemuda memang punya sifat agresif, mengeluarkan pendapat yang tiada basah basi, membuat kesimpulan yang tiada kompromi, membuat andaian yang sifatnya tergantung, keinginan memaparkan perkara-perkara pihak ketiga, dan berkenderungan dengan berita-berita sensasi.

Maklumat utama mereka, bukan lagi berpaksi kepada surat-surat khabar,kerana mereka tidakpun membeli atau membaca surat khabar. Bukan juga berpunca daripada berita-bertia TV, kerana mereka jarang menonton siaran berita.

Mereka hafal nama-nama bloger, mereka suka masuk halaman-halaman media alternatif. Mereka mengikuti secara on-line apa yang terjadi- misalnya kejadian kekecohan DUN Perak 7 Mei yang lalu. Mereka tidak lagi terikat dengan berita jam 8 TV3, berita TV1 atau berita TV Bernama, atau Awani. Mereka mengetahui berita langsung- hanya melalui klik. Terima kasih mereka kepada broadband yang tidak terhingga, kerana jangkauannya yang luarbiasa luas.

Sumber utama maklumat mereka adalah melalui media alternatif, melalui para bloger. Dalam simbang-simbang itu secara jelas pemikiran dan anutan mereka berpaksi kepada yang terbaca, apa yang ternampak, apa yang disaksikan.

Ingatan manusia biasanya berpaksi kepada“FIFO” First in first out, ertinya masukan pertamalah yang menjadi panutan. Mengubah fahaman kepada “LIFO” Last in first out, sukar diterima dan dicerna.

Media alternatif yang dimanafaatkan oleh pihak pembangkang maupun pro pembangkang seawal 1998 telah tersilap pandang dan tersilap menilai kekuatan media alternatif ini oleh kerajaan. Pihak penyokong kerajaan termasuk para pemimpin politiknya baik di peringkat nasional maupun peringkat negeri apa lagi daerah telah alfa dan tidak terfikirkan bahawa kekuatan media alternatif ini mempunyai impak dan dampak yang sangat berkesan kepada generasi celik ICT- yang umumnya dimiliki oleh kaum pemuda.

Pihak kerajaan maupun mereka-mereka yang pro kerajaan terlalu ketinggalan jauh dalam penggunaan media alternatif. Kalaupun ada diantara mereka yang memanafaatkan media alternatif ini, adalah mereka-mereka yang telah kedaluwarsa, kerana telah luput pendayagunaannya kepada kerajaan, seperti Datuk Ruhanie Ahmad (kuda kepang), A Kadir Jasin dan yang lain-lain, kemudian disusuli oleh Dr Mahathir melalui chedet.com, kemudian chedet. cc. Akibat ketinggalan dalam penggunaan media alternatif ini, pada suatu ketika dahulu ada ura-ura bahawa kerajaan Datuk Abdullah Ahmad Badawi akan mengharamkan penggunaan media ini, walaupun ura-ura itu tidak menjadi.

Ketua Penerangan UMNO yang baru dilantik Haji Ahmad Maslan, telah mengeluarkan kenyataan bahawa dalam usaha menarik semula rakyat, maka penggunaan media alternatif oleh pihak kerajaan akan ditingkatkan, pendapat beliau ini bagi menyokong ajakan Datuk Najib sebelum ini yang menginginkan wakil-wakil rakyat dan pemimpin-pemimpin barisan nasional digalakan menjadi bloger sebagai media dan saluran untuk menyampaikan pesanan kerajaan kepada rakyat jelata.

Tidak mengapa terlambat, tidak mengapa ketinggalan, yang penting perjalanan 1000 batu itu dipahami yang bermula daripada langkah pertama.

Sebagai “infant” dalam penggunaan media alternatif ini, kerajaan maupun pro kerajaan kenalah berlagak sebagai “infant” misalnya halaman blog 1malaysia.com. yang hanya dilancarkan April lalu.

Persaingan dalam penggunaan media alternatif ini dalam suasana sekarang memang sangat ketara. Fokus pelayar untuk sementara adalah kepada bloger-bloger dan halaman-halaman tertentu yang tersiar di alam maya yang mereka telah layari dan ikuti dari awal-awal lagi dan sebahagian besar mereka adalah peminat-peminat dan pengikut-pengikut, ertinya jenama para bloger dan halaman-halaman tertentu telah mendapat kedudukan dihati peminat dan pengikut masing-masing.

Rupanya peperangan mengguna media telah melanggar negara. Jika dahulu media konvesional menjadi rebutan maupun cemohan, mutakhir ini, media alternatif menjadi rebutan dan juga media yang tidak disenangi.

Suatu ketika mantan perdana menteri Dr Mahathir semasa masih berkuasa pernah melahirkan kebimbangannya terhadap kuasa media alternatif ini, kerana sifat . penggeraknya yang lebih licik, agresif, cerdik, pintar dan berkesan.

Parti politik Malaysia yang tidak mempunyai stesen televisyen kini beroperasi di alam maya menggunakan enjin yang tersedia ada. Ia beroperasi melalui tapak video percuma, YouTube atau Metacafe atau tapak-tapak yang lain. Klip video mengenai apa yang berlaku di merata dunia atau negara boleh disaksikan selari dengan Buletin Utama di TV3 atau Warta Perdana di RTM pada jam 8 malam. Siaran itu juga bukannya bisu, tapi dengan ulasan yang panas dan pedas.

Menonton -dengan penuh asyik. Mereka ini terdiri daripada eksekutif-eksekutif muda yang masih hang-up di pejabat-pejabat masing-masing sebelum pulang ke rumah, atau pun berada dalam zon Wi-Fi masing-masing. Mereka tertarik melihat sesuatu yang luar biasa. Bukan sesuatu yang menghairankan jika kumpulan ini akan menyambar notebook mereka dengan teruja apabila tercetus sesuatu ‘drama’ seperti di Perak bagi mendapatkan analisis dan klip video terkini. Oleh itu, tidak hairanlah, perangkaan orang yang melihat tapak-tapak sesawang ini (view) menjangkaui puluhan hingga ratusan ribu penonton.

Kumpulan yang memuat naik (upload) video-video ini ke tapak-tapak maya itu begitu agresif, dedikasi dan sistematik. Yang pasti mereka ini bekerja untuk organisasi-organisasi NGO atau parti-parti politik yang tidak sehaluan dengan kerajaan - yang tidak mempunyai saluran tapak yang sah untuk beroperasi. Yang pasti juga ulasan-ulasan mereka tidak mengambil kira soal etika atau keluhuran perlembagaan seperti yang ‘terpaksa’ diikuti media konvensional.

Peperangan merebut minda dan menyebar maklumat kini, tidak lagi boleh berpaksi kepada media konvensional, sebaliknya peranan menyebar maklumat terutama isu-isu politik telah diambil alih oleh media alternatif dan para bloger yang dianggap oleh sebahagian rakyat belum tercoreng, seperti TV3 atau media milik UMNO yang dianggap dari dahulu kala yang condong kepada barisan nasional.

Friday, May 15, 2009

Pemansuhan ekuiti Bumiputera: Satu lagi dilema Bangsa Melayu

Bumiputera atau kaum Melayu yang secara keseluruhannya masih ketinggalan dalam bidang ekonomi tiada kekuatan untuk menahan desakan kaum lain yang mahukan ekuiti 30 peratus dimansuhkan segera.

Pemimpin Negara yang kebetulan kaum Melayu menghadapi tekanan yang kuat untuk memenangi semula kepercayaan kaum lain dan terpaksa mengambil tindakan yang popular walaupun mendatangkan risiko kepada bangsanya.

Keputusan memansuhkan syarat khas ini dibuat kerana orang Melayu atau bumiputera sudah berpecah-belah dan menyebabkan kuasa politiknya telah terhakis.

Desakan kaum bukan melayu dan petualang melayu, malah termasuk orang asing yang mengisyaratkan bahawa syarat khas ini telah membantut perkembangan ekonomi dan menghalang negara daripada maju ke hadapan.

Pengumuman Datuk Najib bahawa pihak kerajaan meliberalisasi 27 subsektor perkhidmatan (lebih tepat pemansuhan syarat pegangan 30 peratus ekuiti Bumiputera) disambut baik oleh akhbar, terutama media cetak bukan bahasa Melayu, seolah-olah kerajaan telah melakukan yang terbaik kepada negara. Manakala para pemimpin bukan melayupun yang ada bersama-sama kerajaan menyambut baik tindakan ini.

Sambutan ini mengambarkan seolah-olah syarat istimewa ini yang menjadi asas kepada Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang diperkenalkan oleh Tun Abdul Razak itu tidak memberi sebarang kebaikan kepada rakyat dan negara. Usaha Tun Abdul Razak itu- seolah-olah telah membawa malapetaka kepada negara.

Apabila syarat ekuiti ini dimansuhkan, adakah kita yakin kaum lain dan juga bangsa asing yang mempunyai tradisi berniaga yang jitu dan jaringan yang mantap akan berkongsi pengalaman dan peluang perniagaan dengan bangsa Melayu?

Adalah menghairankan kerana sebelum ini semua pihak dikatakan bersetuju bahawa inisiatif yang dianjurkan oleh DEB itu adalah perlu bagi mengagihkan kekayaan negara supaya dinikmati secara adil oleh semua kaum demi perpaduan rakyat di negara ini.

Mereka dikatakan cuma tidak berpuas hati kerana dasar tersebut telah disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu yang mempunyai kepentingan. Jika itulah pendirian ikhlas semua kaum, kenapa pula perlu dimansuhkan syarat ekuiti tersebut sekarang?

Adalah dikhuatirkan dengan sikap pihak tertentu, setelah berjaya mendesak pemansuhan kuota Bumiputera, mereka akan menggandakan tekanan kepada kerajaan untuk terus meliberalisasi bukan sekadar sektor ekonomi tetapi juga semua aspek kehidupan termasuk bidang pendidikan, pertahanan dan agama.

Perkara ini tidak mustahil kerana telah kedengaran suara-suara sumbang berupa tuntutan untuk memenuhi matlamat tersebut.

Walaupun secara rasional dan mengambil kira dan memahami bahawa negara ini perlu mematuhi syarat keahlian dalam Komuniti Ekonomi ASEAN, Pertubuhan Perdagangan Dunia dan tidak boleh lari daripada persaingan dalam era globalisasi dan pasaran terbuka sekarang, adalah diperkirakan bahawa pemansuhan syarat ekuiti tersebut akan membawa lebih banyak kesan kepada bangsa Melayu sekarang.

Bukankah lebih baik pihak yang bertanggungjawab memperbetulkan kesilapan lepas dan mengambil tindakan yang pragmatik termasuk memberi fokus kepada pemantauan yang rapi bagi memastikan kuota 30 peratus Bumiputera itu tercapai?

Bagi mengatasi keadaan ini, orang Melayu wajar bersatu semula sebagai satu bangsa yang teguh dan berjuang secara ikhlas dengan berpaksikan agama Islam.

Bangsa Melayu menjadi lemah kerana terdapat ramai yang tamak serta malas bekerja dan rela menjadi sleeping partner sahaja. Tindakan mereka yang mengaibkan itu telah menyebabkan orang Melayu gagal memenuhi aspirasi DEB walaupun ia sudah dilaksanakan hampir 40 tahun.

Sewajarnya golongan yang mengkhianati bangsa ini dihukum agar mereka insaf atas kesalahan yang dilakukan. Bagaimanapun, bukan semua orang Melayu perlu dipersalahkan kerana kesilapan golongan tersebut.

Adakah orang Melayu yang masih kekurangan dalam segenap aspek perniagaan terutama keperluan untuk mengadakan modal kewangan, mampu bersaing diatas gelanggang dengan bangsa lain?

Orang melayu bukan takut pada bayang-bayang atau menolak perubahan tetapi orang melayu atau bumiputera perlu realistik mengenai kekuatan diri dalam keadaan semasa. Janganlah terbuai oleh kata-kata manis dan janji kosong oleh pihak yang berkepentingan tanpa menganalisisnya dengan terperinci.

Pengalaman silam telah mengajar orang Melayu supaya sentiasa berhati-hati, bekerja keras, bersatu padu dan memberi perhatian khas kepada pendidikan generasi muda agar kita menjadi satu bangsa yang bermaruah dan dihormati.

Diharapkan para pemimpin negara akan mengkaji dengan sehalus-halusnya keputusan mengenai ekuiti ini dan melaksanakan inisiatif-inisiatif lain yang lebih konkrit agar orang Melayu tidak terus ketinggalan di tanah airnya sendiri.

Thursday, May 14, 2009

Antara Malu dan Segan: melihat manusia mabuk

Setelah membaca tulisan A Kadir Jasin Sepanjang Jalan kenangan mengenai gambaran sejarah kependudukan negara khususnya Ipoh-Perak yang menerangkan bahawa pada waktu dahulu menghisap candu dan meminum todi merupakan budaya yang sebati dengan buruh-buruh China dan India yang dibawah masuk oleh penjajah Inggeris ke Semenanjung Tanah Melayu.

Konotasi candu dan todi membawa erti bahawa jika seseorang menghisap candu dan meminum todi bagaimana biasanyapun seseorang itu, pasti pada suatu ketika pasti mengalami loyah maupun mabuk. Apabila seseorang itu jatuh mabuk, maka penguasaan dirinya tidak terkawal, atas sebab- pergerakan, tindakan serta kelakuan bukan lagi ini berpandu kepada akal fikiran, tetapi berpandukan kepada kuasa candu dan todi.


Sering kita terbaca keputusan-keputusan mahkamah yang mendapati seseorang yang telah melakukan pembunuhan pada keadaan mabuk terlepas dari tiang gantung,kerana pertuduhan berubah kepada pembunuhan tanpa niat.

Di Sabah, banyak kejadian seumpama ini terjadi. Musim meminum terutama pada musim-musim menyambut perayaan seperti pesta keaamatan, krismas dan tahun baru- pemandangan di kedai-kedai yang dibolehkan menjual minuman yang memabukan- ramailah penduduk negara ini menikmati minuman seperti stout, anchor, clasberg, mantako, malahan ada yang meminum whisky maupun brandy.


Akibat meminum minuman yang memabukan ini- telah berkali-kali peristiwa pembunuhan semasa sendiri terjadi. Di Sabah sahaja tahun 2008- berita yang sempat saya baca sahaja ada empat kejadian pembunuhan secara sesama sendiri kerana pengaruh minuman memabukan.


Rupanya sebab musabab kenapa seluruh agama melarang mengkonsumsi benda-benda yang memambukan kerana pengambilan benda-benda ini terlalu memudaratkan manusia. Akibat mabuk bukan sahaja menghilangkan kewarasan kepada seseorang pada masa-masa tertentu, tetapi juga mengambil benda-benda yang memambukan ini boleh membawa kepada bencana ketagihan.


A Kadir Jasin secara tersirat menggambarkan pengalaman dan pengajaran yang beliau dapat semasa sehari suntuk berada di Ipoh- Perak pada 7 Mei 2009, menyaksikan kejadian dan tindakan para penyokong Pakatan yang berada dalam suasana mabuk, bertindak tanpa kewajaran, tanpa pertimbangan akal fikiran dan penuh emosi. Rupanya di mata A Kadir Jasin- orang mabuk mempunyai kelakuan lain dari manusia normal dalam segala aspek sehinggakan bagi yang melihatpun merasa malu dan segan, kerana para pelaku adalah sebahagian dari rakyat negara ini, yang dikategorikan mempunyai sopan santun dan akhlak yang tinggi.

Wednesday, May 13, 2009

Parti LDP (Sabah) pemenang

Isu Timbalan ketua menteri Sabah yang mewakili masyarakat tionghua telah selesai. Disebabkan Kehangatan isu ini menjadikan Parti LDP sebagai pemenang. Rupanya untuk mendapat jawatan dalam kerajaan kita perlu lantang bersuara agar supaya suara kita itu terdengar dan seterusnya mendapat habuan.

Nelayan perhatian Musbah


Di Norway, Sweden, Australia, Jepun, Korea yang dikatakan nelayan adalah orang-orang jutawan. Bagi kawasan Asia Tenggara- nelayan adalah mereka yang kais pagi makan pagi- kecuali tauke-tauke nelayan.

Di negara kita- ada lembaga yang mengurus nelayan secara kebangsaan, di peringkat negeri pun ada yang mengurus soal-soal nelayan.

Kerajaan dalam usaha membantu nelayan menyalurkan bantuan-bantuan melalui organisasi yang diiktiraf oleh kerajaan- misalnya persatuan-persatuan, koperasi-korperasi, serta lembaga-lembaga yang mengurus soal-soal nelayan.

Istilah nelayan terlalu sinonim dengan masyarkat dahulu yang mendiami kawasan-kawasan pantai, muara-muara sungai dan tepi-tepi sungai. Bagi masyarakat ini- laut atau sungai merupakan sebahagian dari hidup mereka. Mencari makan dan pendapatan untuk menyara keluarga berkiblatkan kepada laut dan sungai.

Bagi masyarakat ini sumber protein bukan persoalan- kerana laut dan sungai bersedia memenuhi keperluan protein mereka. Segala jenis hidupan laut dan sungai pernah mereka nikmati sebagai santapan.

Namun demikian tidak selamanya laut dan sungai terlalu akrab dengan masyarakat yang dikatakan nelayan. Ada musimnya laut tidak menizinkan untuk dijamah, demikian juga sungai. Akibat kitaran alam ini- nelayan senantiasa dalam keadaan dilema- pendapatan semusim tidak cukup menampung keperluan tahunan.

Sejarah nelayan di negara kita terlalu tua dibanding dengan usia negara. Kata orang- nelayan telah menjadi pakar dalam bidangnya, akibat bisa tegal biasa. Nelayan telah mahir dalam dunianya. Nelayan telah mahir- musim mana ikan-ikan mudah ditangkap- nelayan telah hafal dan tahu persis lokasi di mana kumpulan ikan bermukim.

Persoalannya sekarang- kenapa kemiskinan masih melekat pada para hamba Allah yang dikatakan nelayan. Jika dikatakan malas- para nelayan sanggup bertarung nyawa merempuh lautan, jika dikatakan tidak sihat- para nelayan terbangun dengan susuk tubuh yang kekar-kekar. Jika dikatakan tidak berpengetahuan- para nelayan telah mahir selok belok lautan.

Kenapa konotasi miskin masih melakat pada nelayan?. Di negara maju, jumlah yang dikatakan nelayan tidak seramai apa yang kita sebut nelayan di negara kita. Nelayan di negara kita merupakan sebahagian besar dari masyarkat kita. Kenapa demikian? jawabnya adalah penghidupan sebagai nelayan merupakan budaya yang diwarisi turun temurun terutama masyarakat yang mendiami pesisir pantai.

Saban tahun jumlah nelayan mungkin bertambah, akan tetapi keluasan lautan dan sungai yang diteroka tidak bertambah- malah bagi mereka yang tergantung kepada sungai- sungai telah hilang maupun sungai yang ada tidak berpenguni lagi.

Saban hari- keperluan akan ikan semakin meningkat- manakala sumber ikan semakin merosot- akibatnya dengan jumlah nelayan yang bertambah ramai dibanding sumber ikan yang semakin merosot- maka akhirnya sumber pendapatan semakin menurun- jawabnya rakyat yang disebut nelayan semakin rendah pendapatannya- dan bukan lagi dapat dikategorikan sebagai miskin- tetapi telah berubah kepada masyarakat daif.

Akibat fenomena ini- mungkin Datuk Musbah Haji Jamli pembantu menteri pertanian dan asas tani negeri Sabah- merasakan bahawa penubuhan persatuan nelayan difikarkan mendesak bagi kampung Sarang , Taburon dan Dudar dalam Daerah Kota Belud semalam. Mungkin melalui persatuan- para nelayan dibantu dalam soal-soal penggunaan teknologi baru dalam usaha untuk mempertingkatkan pendapatan.

Pada mulanya saya agak terkejut mendengar- bahawa sebuah persatuan nelayan akan dibentuk di tiga kampung tersebut, ini disebabkan kampung-kampung ini bukan merupakan kampung tradisi nelayan. Setahu saya- kampung-kampung tradisi nelayan yang berada di daerah Kota Belud- adalah kampung Rampayan laut, kg Rampayan Ulu, Minanga, Kg Tamau, Kg Pantai Amas, Kg Ambong, Kg Kuala Abai dan Mantani.

Rupanya masa telah berubah bagi masyarakat kg Sarang- Taburon dan Dudar,jika dahulu lautan atau perikanan bukan merupakan sumber pendapatan- sekarang menjadikannya sebagai sumber demi menyara keluarga.

Jepun bukan sumber teknologi pada suatu ketika dahulu. Jepun belajar dari Eropah dan Amerika. Walhasilnya- Jepun pada masa kini merupakan pengeksport teknologi yang tercanggih dan maju di dunia.

Apakah kemunculan tiga kampung ini akan berakhir dengan pengalaman Jepun- masa akan menentukan segalanya.

Tuesday, May 12, 2009

Implikasi Kemenangan Mohammad Nizar lawan Dr Zamry Abd Kadir

Sungguh keputusan yang adil. Keadilan yang telus. Kebebasan badan kehakiman terserlah di negara dan mengembalikan keyakinan rakyat terhadap kehakiman, merupakan ungkapan dan telaah media massa bukan pro aliran perdana. Para bloger pro pakatan menyambut keputusan Justice Abdul Aziz Abd Rahim yang memihak kepada Mohammad Nizar Jamaludin sebagai keputusan yang sangat tepat dan jitu.

Para pemimpin Pakatan semua menyambut keputusan Justice Abdul Aziz Abd Rahim sebagai keputusan yang memihak kepada sistem demokarasi dan kehendak rakyat negara ini.


Telah menjadi kebiasaan- apabila sesuatu keputusan memihak kepada kita- sambutan kita terhadap keputusan itu sangat luarbiasa. Kalau boleh kita ingin mengungkapkan apa sahaja kata-kata yang boleh mengaggungkan keputusan itu. Kata-kata yang tersusun, kata-kata sopan dan santun terus dilaungkan, walaupun kita jarang menggunakan kata-kata itu.

Kita juga sering mendengar kata-kata cemohan, latahan, tudingan serta tuduhan apabila sesuatu keputusan itu tidak memihak kita. Sambutan sanjungan jauh ikan dari panggang, kerana pada kita kuman diseberang laut ternampak gajah di depan mata terlepas pandang.


Keputusan mahkamah tinggi yang diproceeding oleh Justice Abdul Aziz Abd Rahim, bagi Datuk Mohammad Nizar Jamaludin menunjukan bahawa keputusan Sultan Perak melantik Dr Zamry Abdul Kadir dari awal-awal lagi telah melanggar undang-undang tubuh kerajaan negeri Perak, kerana itulah beliau menggunakan mahkamah untuk membuat keputusan agar supaya titah sultan tidak selalunya betul dan benar. Titah sultan boleh dicanggah. Titah sultan boleh diketepikan.

Mohammad Nizar menggambarkan keputusan ini merupakan keputusan bersejarah, walaupun keputusan seumpama ini pernah di buat suatu masa dahulu dalam kes Datuk Stephen Kalong Ningkan.

Mohammad Nizar perlu tahu,bahawa delibarsi undang-undang yang membawa kepada keputusan Justice Abdul Aziz Abd Rahim, adalah masalah teknikal, kerana keputusan yang dibuat oleh Sultan Perak, kebetulan tidak berada dalam situasi dan kondisi yang diinginkan oleh undang-undang. Di samping itu- sultan Perak sebagai insan biasa terperangkap dengan keinginan Datuk Najib yang masa itu merupakan pengerusi UMNO Negeri yang agak tergesa-gesa kerana rasa terkejut yang amat sangat- bahawa kerajaan BN telah dapat menubuhkan kerajaan. Akibat nasehat Datuk Najib kepada sultan Perak yang tergesa-gesa itu mengakibatkan beliau alfa bahawa penurunan atau pemecatan menteri besar hanya boleh dilaksanakan melalui undi tidak percaya semasa persidangan dewan undangan.


Undang-undang yang telah termaktub dan tertulis tidak mengenal apa itu kesilapan, bagi undang-undang- apa sahaja yang tertulis dan termaktub wajib diikuti, kerana jika tidak maka kehadiran hakim sebagai pentafsir undang-undang serta membuat keputusan berasaskan undang-undang tidak perlu ada. Kehadiran hakim sebagai pentafsir dan menguatkuasakan undang-undang adalah perlu, bagi maksud penghormatan dan keluhuran undang-undang.


Menurut hemat saya- Justice Abdul Aziz Abd Rahim mengetahui dan arif tentang kesilapan teknikal ini yang berlaku dalam proses perlantikan Dr Zamry oleh Tuanku Sultan Perak, tetapi sebagai hakim yang diamanahkan membuat keputusan, maka beliau tiada pilihan selain membuat keputusan berasaskan undang-undang yang sedia ada.


Datuk Seri Najib sebagai ketua negara, sebaik sahaja keputusan memihak kepada Pakatan, terus mengeluarkan kenyataan bahawa barisan nasional akan membuat rayuan terhadap keputusan itu dan akan memfailkan rayuan untuk mengenepikan keputusan mahkamah tinggi ke mahkamah rayuan hari ini (selasa 12/5/2009). Terserah kepada mahkamah yang lebih tinggi untuk menafsir kesilapan teknikal dalam proses perlantikan Dr Zamry Abdul Kadir. Sama-sama kita tunggu keputusan itu: pihak manapun yang diistiharkan sebagai pemenang pada masa itu, haruslah disambut secara “gentleman” baik dari pihak Pakatan maupun Barisan Nasional.

Sembah Muhammad Nizar Jamluddin kepada Tuanku Sultan Perak untuk membubarkan DUN untuk mengembalikan kuasa membentuk kerajaan negeri Perak, perlu difikirkan dengan mendalam, kerana jangan lagi berlaku kesilapan kedua kali- yakni kuasa majoriti tidak berperanan dalam sistem demokarsi kita.


Di negara ini, perbuatan bertukar parti bukan merupakan kesalahan. Pertukaran parti bagi sesiapa sahaja termasuk wakil rakyat adalah bebas dilakukan, walaupun suatu ketika dahulu undang-undang apa yang disebut undang-undang anti lompat pernah dikuatkuasakan di Negeri Sabah semasa pemerintahan Parti Bersatu Sabah (PBS), akan tetapi undang-undang itu telah dimansuhkan kerana bertentangan dengan perlembagaan negara.


Menjunjung luhur undang-undang sebagaimana yang diinginkan oleh semua pihak patutlah dihormati dan disanjung tinggi sepertimana undang-undang yang tidak melarang wakil rakyat untuk berpindah parti. Wakil rakyat yang diberi mandat oleh rakyatnya adalah bertanggungjawab terhadap rakyat yang diwakilinya dan membela dan mensejahterakan mereka adalah suatu keutamaan. Berpaksi kepada asas ini,maka wakil rakyat seharusnya bebas memilih manakah parti atau organisasi yang mereka patut ikuti- jika menurut hemat wakil rakyat itu- pilihannya boleh membantunya melangsaikan semua janji maupun keperluan rakyat yang diwakilinya.


Persekongkolan wakil-wakil rakyat untuk membentuk majoriti adalah wajar dilakukan dalam usaha membentuk kerajaan. Sesiapa yang sahaja yang mempunyai majoriti hendaklah diberi laluan dan menerima hakikat bahawa kelompok majoritilah yang patut memerintah dan patut membuat keputusan-keputusan yang difikirkan sesuai untuk rakyat. Kaedah pembentukan persekongkolan wakil-wakil rakyat ini merupakan cetusan dan ilham pemimpin defacto Pakatan- Datuk Seri Anwar Ibrahim dalam usahanya membentuk kerajaan bukan melalui pilihanraya. Apabila cetusan dan ilham DSAI ini digunapakai oleh 3 orang wakil rakyat- kelompok Anwar pula yang mencemooh dan memberi berbagai alasan, bahawa cara-cara ini adalah cara-cara bukan demokarsi.


Rupanya ilham DSAI ini hanya boleh digunapakai oleh kelompok DSAI, manakala jika ada pihak yang menggunapakai ilham ini dianggap jumud dan tidak adil. Rupanya ilham DSAI ini, cuma boleh digunapakai menurut acuan DSAI, sesiapa yang menggunakannya dianggap memplagiat dan mencetak rompak.

Untuk mempergunapakaikan sesesutu ilham atau idea atau temuan- seharusnya ilham itu boleh dikongsi bersama rakyat lain agar supaya ilham itu dapat diguna pakai secara meluas dan berdayaguna kepada masyarkat keseluruhannya- bukan terhad kepada kelompok-kelompok tertentu agar supaya ilham itu dianggap canggih dan maju.

Blog Archive